Senin, 07 Agustus 2017

Asal Usul Desa Kebundadap Timur

      Nama Kebundadap tidak bisa dipisahkan dengan cerita asal muasal pohon dadap yang ditemukan oleh Mbah Adi. Mbah Adi merupakan sesepuh desa yang sangat disegani didesanya, beliau juga sering melakukan pertapaan di tempat-tempat yang dianggap sakral oleh penduduk desa.
    Suatu ketika saat Mbah Adi melakukan pertapaan di tempat yang sering beliau datangi untuk bertafakur kepada Yang Maha Kuasa. Beliau di kagetkan dengan jatuhnya sebuah benda, setelah beliau lihat ternyata yang jatuh adalah sebuah biji-bijian yang baru pertama kali beliau temui.
   Sepulang dari tempat pertapaan, beliau singgah di pemakan putih dusun Panggulan dan menaburkan biji-bijian yang ia temukan di tempat bertapanya. Hari demi hari berganti minggu, minggu pun bermetaforfosis menjadi bulan, bulan demi bulan beranjak menjadi tahun, buah yang Mbah Adi tabur di sekitar pemakan putih tumbuh subur dan rimbun dengan pohonnya yang memiliki duri hitam kecil hampir di semua batang pohonnya dan kemudian Mbah Adi menamainya dengan pohon dadap.

     Seiring berjalannya waktu pohon dadap menyebar di seluruh desa dari ujung barat hingga timur, dari utara ke selatan sehingga banyak warga yang menanamnya untuk di jadikan sebagai pagar hidup di sekitar pekarangan rumahnya. Dengan banyaknya pohon dadap yang tumbuh di desa sehingga terlihat seperti sebuah kebun dadap dan Mbah Adi memutuskan memberi nama desa ini dengan nama Kebundadap.
     Sebelum Indonesia meraih kemerdekaannya desa Kebundadap Barat dan desa Kebundadap Timur masih menjadi satu desa yaitu desa Kebundadap. Namun, setelah kemerdekaan Indonesia desa Kebundadap dipecah menjadi dua desa, yaitu desa Kebundadap Barat dan desa Kebundadap Timur.
   Didesa Kebundadap Timur terdapat empat dusun yang masing-masing dusun memiliki cerita tentang asal usul nama dari setiap dusun. Di awali dari cerita kiai Nur Alam yang bertempat tinggal di dusun Katapang, beliau merupakan salah satu sesepuh desa yang juga disegani. Dusun Katapang yang berada diujung timur desa Kebundadap Timur dan berbatasan langsung dengan desa Tanjung, kata Ketapang berasal dari kata Pertapaan merupakan tempat untuk bertapanya para sesepuh desa salah satunya ialah Kiai Nur Alam.

      Dusun Panggulan, sekalipun dusun Katapang merupakan tempat pertapaan namun warga dusun Katapang dan dua dusun lainnya tidak bisa mengalahkan kehebatan dari dusun Panggulan. Karena warga dusun Panggulan lebih unggul dari pada dusun Katapang maka oleh kiai Nur Alam dinamakanlah dusun Panggulan atau Pa-Unggulan yang artinya hebat.
     Dusun Ro’ Soro’ memiliki dua versi asal usul diberikannya nama Ro; Soro’ untuk dusun tersebut. Riwayat pertama menceritakan bahwa nama Ro’ Soro’ adalah dusun yang paling mudah untuk menemukannya sumber mata air, cukup menggali tanah beberapa meter maka air akan muncul dari dalam tanah. Kata Soro’ atau Ngorok dalam bahasa Madura memiliki arti menggali tanah.
     Riwayat lain mengatakan bahwa kata Ro’ Soro’ berasal dari bahasa Indonesia yaitu Surau yang artinya adalah langgar (masjid kecil/musala tempat mengaji atau shalat, tetapi tidak digunakan untuk shalat Jum’at). Konon dari keempat dusun tersebut yang memiliki langgar/surau hanya dusun Ro’ Soro’ sedangkan dusun yang lain tidak memiliki langgar/surau.
    Dusun yang terakhir adalah Ares Tengah merupakan dusun yang sangat berpengaruh ketimbang dari ketiga dusun yang lain, namun diriwayatkan bahwa warga Ares Tengah memiliki sifat yang kurang baik, yaitu setengah-setengah (tidak totalitas) dalam berbagai hal. Meskipun begitu warga dusun Ares Tengah pernah menjadi kepala desa dalam 3 periode yaitu pak Arjei, pak Muasfat, dan pak Hamzah. Setelah itu desa Kebundadap Timur dipimpin oleh warga dusun Ro’ Soro’ dalam 1 periode dan dilanjutkan oleh warga Katapang dalam 2 periode yang terakhir dan masih menjadi kepala desa ialah dari warga dusun Panggulan.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular